Di kota kelahiran saya, Yogyakarta, makanan yang satu ini gampang ditemukan, Rujak Ice cream. Racikan menu khas kota gudeg ini sebenarnya sederhana. Sepiring rujak berisi berbagai macam buah seperti mangga, bengkoang, pepaya, dan mentimun. Lalu, di atasnya di taruh Ice cream. Jangan dibayangkan ice cream - nya selembut es krim Walls atau Campina. Ice cream di atas rujak ini sekelas es puter. Tapi, rasanya mantap. Enak dan segar.
Manis gula jawa dan pedas dari bumbu rujak, bercampur dengan manis dari rasa susu ice cream, ditambah rasa asam dari mangga muda dan buah-buahan lainnya. Benar-benar merupakan paduan yang unik. Apalagi dinikmati saat cuaca panas. Hmm..bikin ketagihan!
Di Yogyakarta, Rujak ice cream ini biasa dijajakan dengan gerobak dorong dan mudah ditemui ditempat-tempat yang dekat dengan komplek sekolah, perkantoran atau perumahan.
Di antara sekian banyak penjaja rujak ini, ada satu penjual yang menjadi langganan saya. Letaknya di Pogung Baru Jalan Kaliurang km 4. Kalau dari arah selatan (dari arah bundaran UGM ), gang terakhir sebelum pompa bensin Jalan Kaliurang Km.4, masuk sekitar 500 meter.
Meski hanya warung sederhana, namun cukup nyaman. Sebab, disediakan gubuk bambu yang teduh dengan meja-meja pendek. Rujaknya juga baru dibikin setelah ada pesanan.
Di samping itu, pembeli bisa menentukan sendiri kadar kepedasannya. Mau cabai satu, tiga, sepuluh, bebas saja. Harganya juga murah kok. Cukup dengan Rp 2.500 per porsi, sepiring rujak es krim siap dinikmati.
Warung ini terbilang laris. Pada jam-jam tertentu, seperti jam makan siang atau jam 16.00 WIB,pembeli juga harus rela mengantri. Saya yakin rujak ice cream bisa menjadi salah satu alternatif pilihan makanan yang dicoba (Mmm...sayangnya tidak bisa dijadikan oleh-oleh!)
Sumber : Marcella Chandra Wijayanti - Kompas
Lihat juga:
Sour Sally
Hanamasa
Selasa, 30 November 2010
Senin, 29 November 2010
Ayo makan di Abuba Steak
Hampir dua tahun saya tidak mencicipi Steak favorit ini. Akhirnya minggu lalu, saya pun berangkat untuk kembali mencicipi menu favorit satu ini, rasanya waow...... tetap tidak berubah meski saya sudah menjadi pelanggan tetapnya selama 13 tahun....! Rasanya tetap aduhai..... apalagi dengan campuran sayuran dan kentang gorengnya. Jangan tanya deh.... saya bisa egois makan sendiri !. hmmmhhh........
Seperti biasa saya memesan menu favorit Sirloin Steak, sementara suami saya memesan Tenderloin Steak.
Seingat saya terakhir kali makan di Abuba itu sudah sangat lama sekali, sekitar setahun lalu, jadi ketika makanan datang, kami langsung menyantapnya, dan rasa steak-nya masih sama seperti yg dulu, bahkan lebih enak menurut saya. Mak Nyuss sekali rasanya, seperti kata Bondan Winarno.
Daging yang dimasak sudah sangat matang dan dihidangkan dengan pembakaran yang sempurna. Berhubung pelanggan setia, nggak usah minta dibakar seperti apa. Rasanya yah...... memang sangat empuk sekali. Kuah dan bumbu yang disiramkan di atas Steak juga sangat pas di lidah. Dengan sayuran dan kentang yang lumayan banyak, untuk saya Abuba Steak memang tetap cihuy....!!
Satu kelebihan Abuba steak adalah tersedianya berbagai macam saos dan sambal botolan, yang memungkinkan anda untuk meracik sendiri menu saos yang pas untuk steak anda. Jangan lupa ada juga mustard, kecap asin dan kecap manis, lengkap deh semua.
Harganya lumayan nggak mahal lah untuk ukuran steak. Mulai dari Rp. 40.000 hingga Rp. 80.000 untuk daging Amerika, sedang untuk daging lokal hanya sekitar 20 ribu an, harga yang sebanding dengan rasa dan sajian dari sebuah steak.
Yang pasti, di lidah saya sekarang sudah terbayang kembali bumbu dan steak yang saya makan kemarin. Waduh..... Steak Abuba memang selalu membuat kita nagih untuk selalu datang kesana. Mak Nyuss tenan memang !
Abuba Steak
Jl. Cipete Raya no. 6 Cipete
Jakarta Selatan
Sumber : Lily-liburan.info
Lihat juga:
Dim Sum
Seperti biasa saya memesan menu favorit Sirloin Steak, sementara suami saya memesan Tenderloin Steak.
Seingat saya terakhir kali makan di Abuba itu sudah sangat lama sekali, sekitar setahun lalu, jadi ketika makanan datang, kami langsung menyantapnya, dan rasa steak-nya masih sama seperti yg dulu, bahkan lebih enak menurut saya. Mak Nyuss sekali rasanya, seperti kata Bondan Winarno.
Daging yang dimasak sudah sangat matang dan dihidangkan dengan pembakaran yang sempurna. Berhubung pelanggan setia, nggak usah minta dibakar seperti apa. Rasanya yah...... memang sangat empuk sekali. Kuah dan bumbu yang disiramkan di atas Steak juga sangat pas di lidah. Dengan sayuran dan kentang yang lumayan banyak, untuk saya Abuba Steak memang tetap cihuy....!!
Satu kelebihan Abuba steak adalah tersedianya berbagai macam saos dan sambal botolan, yang memungkinkan anda untuk meracik sendiri menu saos yang pas untuk steak anda. Jangan lupa ada juga mustard, kecap asin dan kecap manis, lengkap deh semua.
Harganya lumayan nggak mahal lah untuk ukuran steak. Mulai dari Rp. 40.000 hingga Rp. 80.000 untuk daging Amerika, sedang untuk daging lokal hanya sekitar 20 ribu an, harga yang sebanding dengan rasa dan sajian dari sebuah steak.
Yang pasti, di lidah saya sekarang sudah terbayang kembali bumbu dan steak yang saya makan kemarin. Waduh..... Steak Abuba memang selalu membuat kita nagih untuk selalu datang kesana. Mak Nyuss tenan memang !
Abuba Steak
Jl. Cipete Raya no. 6 Cipete
Jakarta Selatan
Sumber : Lily-liburan.info
Lihat juga:
Dim Sum
Favorite Dim Sum
Dim Sum refers to a type of Chinese meal that serves mostly bite-sized portions pushed around in tin carts by aggressive Chinese ladies who shove food on your table as if you were their long lost sister’s neighbor’s second nephew.
Every once in a while a craze comes along that takes us by storm: Furbies, The Gin Blossoms, dead baby jokes. Each is by now long gone. Along with the Joey Lawrence “Woah” and the waist-tied flannel, the early ’90s is also marked by Boston’s fling with the tapas bar.
For those of you who don’t know, a meal at a tapas bar is an entire Spanish meal made up of many small dishes. Think of an entire meal made up of appetizers. Now, just change the country. Meet the Chinese cousin of tapas: dim sum.
My mom says that back in the day, the emperor wanted everything, and the imperial cooks would search far and wide for the most exotic dishes. But like most men of power, the emperor got greedy, so he wanted a conflagration of many flavors in his mouth with every meal. So each dish had to be small, so he couldn’t get full on a single flavor.
Today’s dim sum is the regular joe’s version of an imperial dining experience. Below, I have listed your most basic of dishes. If the dim sum restaurant doesn’t do the following dishes right, spit on the waiter, make fun of his mother, and march out of the room singing “I’m Too Sexy.” You’ll never be able to return, but who would want to ?
The rough English names are listed, followed parenthetically by an inaccurate but nevertheless affective pseudo-ping ying pronunciation in first Cantonese (because dim sum is from mainland China), then Mandarin (because that’s what I speak).
Har Gao (Ha Gao/Ha Gao) -- my favorite of all dim sum dishes. Unless you dislike shrimp (which makes you dumb) this is for you. Encased in a dumpling-like skin should be two shrimp with tiny pieces of bamboo. This dish is steamed, so the shrimp should be fairly plump (have you ever wondered how to explain the Taiwanese word “kew kew” to a white person?) and can be eaten with soy sauce or, my personal favorite, black vinegar.
Shu Mai (Shiu-Mai/Sau-Mai) -- another standard dumpling-like dish. It is a pork dumpling with an egg/wonton skin. If the restaurant knows what they’re doing, they’ll also garnish each with a slice of sweet pork sausage or maybe hide a piece of shrimp inside. Again, the use of a little soy sauce or black vinegar would not result in stare-downs from the natives.
Pork Spare Ribs (Pai Gwat/Pai Gu) -- tiny little pieces of pork ribs with black bean sauce. This dish is very tame, and also difficult to do wrong (ergo, vis-À-vis, concordantly). If they screw this one up, revisit above for instructions.
Shrimp in Rice Noodles (Cheng Fun/Tsang Fun) -- if you’ve ever had beef chow-fun, it’s that same rice noodle wrapped around pieces of shrimp. The dish also comes with sauce and comes in other varieties, including beef and pork. Hence, the cho fun shouldn’t be super squishy or slimy. Again shrimp should be plump, people. Plump.
Lotus Wrapped Sticky Rice (Gnow Mai Gai/Gnow Mi Gee) -- the name is pretty self-explanatory. Take some sticky rice, wrap it in a lotus leaf, steam, and serve. Inside the sticky rice could be some dried mushrooms, a piece of Chinese sweet sausage, a tiny quail egg, or some pieces of pork.
Sesame Balls (Jin Doie/Tsi Ma Cho) -- dessert. Personally I’m not a big fan, but I can picture myself having pieces of bamboo shoved under my fingernails if I left this out. These sweet sesame shells are filled with either red or green bean paste. The shell should be crunchy on the outside, slightly chewy in the middle, and have the consistency of refried beans on the inside. Americans simply need to learn about the glory that is bean paste.
Egg tarts (Dan Ta/Dan Ta) -- dessert number two. As a little kid I used to take a spoon and only eat out the custard filling. However now I am a firm believer that the flaky crust is just as important. You may want to consider not ordering from the dim sum place and going to a bakery across the street for this one. But if you’re desperate, by all means surrender to the pushy cart-lady. General guideline: they should be the size of a coaster, not a large mushroom. Also, the filling should taste almost like flan.
Steamed BBQ Pork Buns (Cha Siu Bao/Tsa Sau Bau) -- So you know the red colored BBQ pork that’s always served at a Cantonese style restaurant? The white puffy skin should be soft and fluffy, not soggy. If they’re soggy, they’ve been left in the cart too long. Also, be careful to take off the tiny piece of wax paper on the bottom. Some people do forget and end up hating dim sum for some “mysterious reason.”
Remember, these were very basic and tame dishes. Next week, we dive into the realm of more hardcore dim sum. Until then, as Phoebe’s psychiatrist boyfriend “Rodge” once said, “easy on those cookies, OK? Remember they’re just food, they’re not love.”
Source :Mark Y. Liao-/tech.mit.edu
See also:
Sushi
Soto
Every once in a while a craze comes along that takes us by storm: Furbies, The Gin Blossoms, dead baby jokes. Each is by now long gone. Along with the Joey Lawrence “Woah” and the waist-tied flannel, the early ’90s is also marked by Boston’s fling with the tapas bar.
For those of you who don’t know, a meal at a tapas bar is an entire Spanish meal made up of many small dishes. Think of an entire meal made up of appetizers. Now, just change the country. Meet the Chinese cousin of tapas: dim sum.
My mom says that back in the day, the emperor wanted everything, and the imperial cooks would search far and wide for the most exotic dishes. But like most men of power, the emperor got greedy, so he wanted a conflagration of many flavors in his mouth with every meal. So each dish had to be small, so he couldn’t get full on a single flavor.
Today’s dim sum is the regular joe’s version of an imperial dining experience. Below, I have listed your most basic of dishes. If the dim sum restaurant doesn’t do the following dishes right, spit on the waiter, make fun of his mother, and march out of the room singing “I’m Too Sexy.” You’ll never be able to return, but who would want to ?
The rough English names are listed, followed parenthetically by an inaccurate but nevertheless affective pseudo-ping ying pronunciation in first Cantonese (because dim sum is from mainland China), then Mandarin (because that’s what I speak).
Har Gao (Ha Gao/Ha Gao) -- my favorite of all dim sum dishes. Unless you dislike shrimp (which makes you dumb) this is for you. Encased in a dumpling-like skin should be two shrimp with tiny pieces of bamboo. This dish is steamed, so the shrimp should be fairly plump (have you ever wondered how to explain the Taiwanese word “kew kew” to a white person?) and can be eaten with soy sauce or, my personal favorite, black vinegar.
Shu Mai (Shiu-Mai/Sau-Mai) -- another standard dumpling-like dish. It is a pork dumpling with an egg/wonton skin. If the restaurant knows what they’re doing, they’ll also garnish each with a slice of sweet pork sausage or maybe hide a piece of shrimp inside. Again, the use of a little soy sauce or black vinegar would not result in stare-downs from the natives.
Pork Spare Ribs (Pai Gwat/Pai Gu) -- tiny little pieces of pork ribs with black bean sauce. This dish is very tame, and also difficult to do wrong (ergo, vis-À-vis, concordantly). If they screw this one up, revisit above for instructions.
Shrimp in Rice Noodles (Cheng Fun/Tsang Fun) -- if you’ve ever had beef chow-fun, it’s that same rice noodle wrapped around pieces of shrimp. The dish also comes with sauce and comes in other varieties, including beef and pork. Hence, the cho fun shouldn’t be super squishy or slimy. Again shrimp should be plump, people. Plump.
Lotus Wrapped Sticky Rice (Gnow Mai Gai/Gnow Mi Gee) -- the name is pretty self-explanatory. Take some sticky rice, wrap it in a lotus leaf, steam, and serve. Inside the sticky rice could be some dried mushrooms, a piece of Chinese sweet sausage, a tiny quail egg, or some pieces of pork.
Sesame Balls (Jin Doie/Tsi Ma Cho) -- dessert. Personally I’m not a big fan, but I can picture myself having pieces of bamboo shoved under my fingernails if I left this out. These sweet sesame shells are filled with either red or green bean paste. The shell should be crunchy on the outside, slightly chewy in the middle, and have the consistency of refried beans on the inside. Americans simply need to learn about the glory that is bean paste.
Egg tarts (Dan Ta/Dan Ta) -- dessert number two. As a little kid I used to take a spoon and only eat out the custard filling. However now I am a firm believer that the flaky crust is just as important. You may want to consider not ordering from the dim sum place and going to a bakery across the street for this one. But if you’re desperate, by all means surrender to the pushy cart-lady. General guideline: they should be the size of a coaster, not a large mushroom. Also, the filling should taste almost like flan.
Steamed BBQ Pork Buns (Cha Siu Bao/Tsa Sau Bau) -- So you know the red colored BBQ pork that’s always served at a Cantonese style restaurant? The white puffy skin should be soft and fluffy, not soggy. If they’re soggy, they’ve been left in the cart too long. Also, be careful to take off the tiny piece of wax paper on the bottom. Some people do forget and end up hating dim sum for some “mysterious reason.”
Remember, these were very basic and tame dishes. Next week, we dive into the realm of more hardcore dim sum. Until then, as Phoebe’s psychiatrist boyfriend “Rodge” once said, “easy on those cookies, OK? Remember they’re just food, they’re not love.”
Source :Mark Y. Liao-/tech.mit.edu
See also:
Sushi
Soto
Lezatnya Sate Kambing Jantan
Selalu ada banyak alasan untuk kangen dengan hidangan Sate kambing jantan jalan Kedung Doro Surabaya. Tapi kok namanya sate kambing jantan ? apa gak cukup dengan sate kambing aja ? hehehe namanya juga tukang tembak kata kunci, jadi sayang kalau postingan gak berbau keyword populer. Ok deh lanjut seputar sate kambing jantan yang terkenal di jalan Kedung Doro Surabaya.
Depot ini ramai diserbu para penikmat sate kambing karena kualitas daging sate yang mamang sangat baik. Murni daging yang tidak bercampur dengan lemak. Karena itu tidak heran jika dari awal buka hingga tutup jam 02.00 depot ini selalu saja ramai pengunjung dan rata-rata yang datang membawa mobil pribadi. Memang ada sisi negatif dengan ramainya pengunjung didepot itu jika banyak mobil yang berdatangan karena memang wilayah Kedung Doro tidak menyediakan parkir khusus untuk itu namanya juga warung pinggir jalan.
Harga yang dipatok pun bisa terjangkau semua kalangan. Per 10 tusuk sate cukup mengeluarkan uang 15 rb. Jadi untuk sekedar makan rutin tiap awal bulan pas gajian tiba masih sangat mungkin untuk dilakukan. Sate Kambing jantan Kedung Doro memang sudah terkenal sejak lama. Banyak pengunjung yang datang dari luar kota pada akhir pekan hanya khusus sekedar mencicipi resep masakan sate kambing jantan di kedung doro. Namun ada 'gangguan kecil' yang masih saja terus hadir atau sudah menjadi trade mark bahwa kita harus banyak menyediakan uang recehan untuk pengamen-pengamen yang banyak sekali berdatangan disela-sela kita menikmati kelezatan sate kambing jantan. Sebagai gambaran, dalam waktu 1/2 jam mungkin ada sekitar 5-10 pengamen yang datang dan pergi menyapa kita dengan suara dan alat musik apa adanya.
Namun itulah gambaran wajah kota Surabaya dimalam hari khususnya dijalan Kedung Doro. Toh para pengamen juga manusia yang butuh untuk makan dan diperhatikan. BTW untuk anda yang ingin menikmati kelezatan sate kambing jantan atau sedang ber wisata ke Surabaya, maka depot sate kambing Kedung Doro bisa menjadi referensi resep masakan yang ok punya.
Sumber : topikremaja
Lihat juga:
Burger King
Wine
Depot ini ramai diserbu para penikmat sate kambing karena kualitas daging sate yang mamang sangat baik. Murni daging yang tidak bercampur dengan lemak. Karena itu tidak heran jika dari awal buka hingga tutup jam 02.00 depot ini selalu saja ramai pengunjung dan rata-rata yang datang membawa mobil pribadi. Memang ada sisi negatif dengan ramainya pengunjung didepot itu jika banyak mobil yang berdatangan karena memang wilayah Kedung Doro tidak menyediakan parkir khusus untuk itu namanya juga warung pinggir jalan.
Harga yang dipatok pun bisa terjangkau semua kalangan. Per 10 tusuk sate cukup mengeluarkan uang 15 rb. Jadi untuk sekedar makan rutin tiap awal bulan pas gajian tiba masih sangat mungkin untuk dilakukan. Sate Kambing jantan Kedung Doro memang sudah terkenal sejak lama. Banyak pengunjung yang datang dari luar kota pada akhir pekan hanya khusus sekedar mencicipi resep masakan sate kambing jantan di kedung doro. Namun ada 'gangguan kecil' yang masih saja terus hadir atau sudah menjadi trade mark bahwa kita harus banyak menyediakan uang recehan untuk pengamen-pengamen yang banyak sekali berdatangan disela-sela kita menikmati kelezatan sate kambing jantan. Sebagai gambaran, dalam waktu 1/2 jam mungkin ada sekitar 5-10 pengamen yang datang dan pergi menyapa kita dengan suara dan alat musik apa adanya.
Namun itulah gambaran wajah kota Surabaya dimalam hari khususnya dijalan Kedung Doro. Toh para pengamen juga manusia yang butuh untuk makan dan diperhatikan. BTW untuk anda yang ingin menikmati kelezatan sate kambing jantan atau sedang ber wisata ke Surabaya, maka depot sate kambing Kedung Doro bisa menjadi referensi resep masakan yang ok punya.
Sumber : topikremaja
Lihat juga:
Burger King
Wine
Ice cream Lada Hitam
Cendra (25), mengaku sengaja datang ke Sub Zero Frozen karena penasaran dengan Ice cream rasa black peppernya. Cendra yang saat ditemui detikbandung di kedai ice cream Sub Zero Frozen ini tampaknya begitu asyik menikmati ice cream lada hitam yang baru pertama kali ia cicipi.
"Rasanya enak, ice cream - nya pedas, dingin tapi ke tenggorokannya hangat," jelas Cendra. Menurutnya, Ice cream di Sub Zero Frozen ini tidak kalah dengan ice cream - ice cream yangg sudah ada di pasaran.
Menurut Budi Dwi Harsono, chefnya Sub Zero Frozen mengatakan meski bukan yang banyak difavoritkan konsumen, ice cream lada hitam ini memiliki daya tarik yang lebih tinggi karena unik.
Lada hitam yang dicampurkan pun benar-benar berasal dari butiran lada hitam asli. Tak ketinggalan, Budi memperlihatkan bagaimana cara membuat ice cream black pepper ini. Selain bahan standar seperti susu, krim, stabilizer dan gula, tidak lupa butiran-butiran lada hitam yang siap ditumbuk.
Menurut Budi perpaduan proses memasaknya pun paduan antara tradisional dan modern. Boleh saja untuk mesin pendingin atau pemutar ice cream - nya modern, tapi untuk tumbuk-menumbuk lada hitam ini masih menggunakan penumbuk tradisional yang terbuat dari batu.
"Kita campuran tradisional dan modern," ujar lulusan NHI yang sudah 12 tahun berkeliling ke negara-negara barat sebagai chef ini.
Pembuatan ice cream menurut Budi bisa memakan waktu selama dua hari. Ada sekitar 10 tahapan untuk pembuatan ice cream ini yang ditempelkan dengan jelas di dapur resepnya Sub Zero Frozen. Menurut pengakuan Budi biar bisa dilihat jelas oleh anak-anak sekolah yang juga biasa berkunjung untuk melihat pembuatan ice cream. Sehingga Budi cs juga terbuka memberikan edukasi pada konsumennya.
Tentunya dimulai dengan persiapan bahan-bahan yang kebanyakan masih menggunakan produk lokal biar taste lokalnya lebih terasa. Untuk membuat ice cream lada hitam, Budi membuat esens lada hitamnya terlebih dahulu.
Lada hitam ditumbuk sampai halus benar lalu dicampurkan dengan susu cair. Setelah itu masak di atas api sampai aroma lada hitam kuat.
Lalu esen ini nantinya dicampurkan dengan bahan-bahan ice cream - nya, seperti susu, krim, stabiliser juga gula dan dimasak di atas api. Lalu setelah itu ke proses pendinginan, lalu disaring untuk agar tidak menyertakan ampas lada hitam yang besar-besar.
Setelah itu, ice cream diistirahatkan selama 12 jam di dalam freezer. Setelah itu memasuki proses churning, yaitu ice cream dimasukan ke dalam mesin pengolahan. Selesai dichurning, masukan ice cream ke dalam freezer agar beku. Ice cream pun siap disajikan.
Tak hanya ice cream lada hitam yang menggunakan esens asli, tapi rasa lain pun menggunakan esens yang alami. Misalnya untuk ice cream buah, digunakan jus buah cita rasa impor. Di dalamnya juga terdapat potongan-potongan buah sesuai dengan menu ice cream - nya.
Karena campurannya adalah buah asli, ice cream rasa buah ini tergolong low fat. Jadi cocok dikonsumsi untuk orang yang takut gemuk. "Untuk yang asem-asem memiliki kandungan yang rendah lemak," tegas Budi.
Satu scoop ice cream dijual Rp 6.500, sedangkan dua scoop lebih murah Rp 11 ribu. Kalau ingin rasa yang lengkap pilih saja paket seharga Rp 27.500 yang di dalamnya ada 6 rasa ice cream.
Jika ingin ditambahkan topping, bebas memilih sebanyak 18 topping yang
disediakan dari mulai choco chip, biskuit, cokelat warna-warni, kismis dan lain-lain. Semua topping harganya rata yaitu Rp 1.500 saja.(ema/dip)
Sumber : Ema Nur Arifah - detikBandung
Lihat juga:
Sour Sally
Hanamasa
"Rasanya enak, ice cream - nya pedas, dingin tapi ke tenggorokannya hangat," jelas Cendra. Menurutnya, Ice cream di Sub Zero Frozen ini tidak kalah dengan ice cream - ice cream yangg sudah ada di pasaran.
Menurut Budi Dwi Harsono, chefnya Sub Zero Frozen mengatakan meski bukan yang banyak difavoritkan konsumen, ice cream lada hitam ini memiliki daya tarik yang lebih tinggi karena unik.
Lada hitam yang dicampurkan pun benar-benar berasal dari butiran lada hitam asli. Tak ketinggalan, Budi memperlihatkan bagaimana cara membuat ice cream black pepper ini. Selain bahan standar seperti susu, krim, stabilizer dan gula, tidak lupa butiran-butiran lada hitam yang siap ditumbuk.
Menurut Budi perpaduan proses memasaknya pun paduan antara tradisional dan modern. Boleh saja untuk mesin pendingin atau pemutar ice cream - nya modern, tapi untuk tumbuk-menumbuk lada hitam ini masih menggunakan penumbuk tradisional yang terbuat dari batu.
"Kita campuran tradisional dan modern," ujar lulusan NHI yang sudah 12 tahun berkeliling ke negara-negara barat sebagai chef ini.
Pembuatan ice cream menurut Budi bisa memakan waktu selama dua hari. Ada sekitar 10 tahapan untuk pembuatan ice cream ini yang ditempelkan dengan jelas di dapur resepnya Sub Zero Frozen. Menurut pengakuan Budi biar bisa dilihat jelas oleh anak-anak sekolah yang juga biasa berkunjung untuk melihat pembuatan ice cream. Sehingga Budi cs juga terbuka memberikan edukasi pada konsumennya.
Tentunya dimulai dengan persiapan bahan-bahan yang kebanyakan masih menggunakan produk lokal biar taste lokalnya lebih terasa. Untuk membuat ice cream lada hitam, Budi membuat esens lada hitamnya terlebih dahulu.
Lada hitam ditumbuk sampai halus benar lalu dicampurkan dengan susu cair. Setelah itu masak di atas api sampai aroma lada hitam kuat.
Lalu esen ini nantinya dicampurkan dengan bahan-bahan ice cream - nya, seperti susu, krim, stabiliser juga gula dan dimasak di atas api. Lalu setelah itu ke proses pendinginan, lalu disaring untuk agar tidak menyertakan ampas lada hitam yang besar-besar.
Setelah itu, ice cream diistirahatkan selama 12 jam di dalam freezer. Setelah itu memasuki proses churning, yaitu ice cream dimasukan ke dalam mesin pengolahan. Selesai dichurning, masukan ice cream ke dalam freezer agar beku. Ice cream pun siap disajikan.
Tak hanya ice cream lada hitam yang menggunakan esens asli, tapi rasa lain pun menggunakan esens yang alami. Misalnya untuk ice cream buah, digunakan jus buah cita rasa impor. Di dalamnya juga terdapat potongan-potongan buah sesuai dengan menu ice cream - nya.
Karena campurannya adalah buah asli, ice cream rasa buah ini tergolong low fat. Jadi cocok dikonsumsi untuk orang yang takut gemuk. "Untuk yang asem-asem memiliki kandungan yang rendah lemak," tegas Budi.
Satu scoop ice cream dijual Rp 6.500, sedangkan dua scoop lebih murah Rp 11 ribu. Kalau ingin rasa yang lengkap pilih saja paket seharga Rp 27.500 yang di dalamnya ada 6 rasa ice cream.
Jika ingin ditambahkan topping, bebas memilih sebanyak 18 topping yang
disediakan dari mulai choco chip, biskuit, cokelat warna-warni, kismis dan lain-lain. Semua topping harganya rata yaitu Rp 1.500 saja.(ema/dip)
Sumber : Ema Nur Arifah - detikBandung
Lihat juga:
Sour Sally
Hanamasa
Minggu, 28 November 2010
Suasana Berbeda makan Dim Sum
Dim Sum? Hmm... siapa yang sanggup menolak? Sajian yang berasal dari selatan Cina ini memang sangat populer di Jakarta dan kawasan Asia lainnya. Makanan serba mungil, asin dan manis, dibuat segar dan disajikan hangat mengepul. Disajikan di atas klakat bambu dan disantap sambil menyerutup teh oolong.
Kalau Anda penggemar dim sum, mampirlah akhir pekan ini di resto ini. Ada puluhan jenis dim sum disajikan hangat mengepul. Suasana yang hangat bakal membuat acara yum cha di akhir pekan jadi seru dan asyik. Apalagi harga yang ditawarkan benar benar fantastis. Cobain yuk!
Itulah budaya yum cha yang biasa dilakukan orang Cina dari daerah Canton. Menikmati hangatnya dim sum, sambil ngobrol dan minum teh merupakan kegiatan rutin di pagi hari hingga menjelang siang. Kegiatan yum cha atau mencicipi teh ini memang sangat disukai oleh orang tua dan kini hampir segala usia menyukai dim sum.
Dim sum memiliki ratusan jenis. Mulai dari jenis yang dipanggang, digoreng hingga dikukus. Bahan pembuat dim sum juga sangat beragam, demikian pula dengan rasanya, dari asin gurih hingga manis legit. Jenis dim sum seperti siomai, hakau, bakpau, angsio kaki ayam hingga onde-onde sudah tergolong dim sum yang populer.
Jika akhir pekan ini Anda ingin mencicipi dim sum yang spesial dan unik dengan suasana yang berbeda, Table8 yang berlokasi di lantai dasar Hotel Mulia Senayan Jakarta bisa jadi pilihan. Di akhir pekan resto Cina terbaru yang bergaya Chinoiserie ini menawarkan pilihan dim sum yang berbeda.
Tersedia 28 jenis dim sum di hari Sabtu dan Minggu yang disajikan prasmanan dan bisa dipesan a la carte. Selain jenis dim sum populer, ada banyak dim sum lain yang unik. Seperti Xiao Lung Pao, dim sum berbentuk kantung berisi kuah dan daging kepiting, Xian Xia Chang Fun, lembaran adonan yang tipis dengan isian udang, atau Kuo Tie, pan-fried dumpling dengan isian daging ayam.
Kalau suka dim sum manis, jangan lupa memesan winter melon, pie pipih berbentuk bundar dengan isian lotus paste yang legit. Atau Cintoi, onde-onde yang kulitnya renyah dengan isian adonan lotus ini legit rasanya. Yang lembut renyah dan bikin lidah bergoyang, Tan tat alias Baked Egg Tart jangan dilewatkan. Demikian pula dengan bolu kukus lapis kaster, Steamed Layer Cake with custard, sangat lembut di lidah.
Khusus buat pencinta dim sum sejati,sebaiknya memesan Baked Pau, bakpau mungil berlapisan adonan renyah manis ini dipanggang dengan isian adonan ayam yang gurih. Atau Pau berisi adonan kuning telur asin yang lembut meleleh. Carrot cake yang populer di Singapura juga sayang dilewatkan. Di Table8, Pan-fried Radish Cake ini diaduk dengan sosis yang gurih. Dijamin membuat lidah tak bisa berhenti mengunyah! Jakartacitydirectory.com (Suf/Dtc)
Sumber : jakartacitydirectory.com
Lihat juga:
Soto
Kalau Anda penggemar dim sum, mampirlah akhir pekan ini di resto ini. Ada puluhan jenis dim sum disajikan hangat mengepul. Suasana yang hangat bakal membuat acara yum cha di akhir pekan jadi seru dan asyik. Apalagi harga yang ditawarkan benar benar fantastis. Cobain yuk!
Itulah budaya yum cha yang biasa dilakukan orang Cina dari daerah Canton. Menikmati hangatnya dim sum, sambil ngobrol dan minum teh merupakan kegiatan rutin di pagi hari hingga menjelang siang. Kegiatan yum cha atau mencicipi teh ini memang sangat disukai oleh orang tua dan kini hampir segala usia menyukai dim sum.
Dim sum memiliki ratusan jenis. Mulai dari jenis yang dipanggang, digoreng hingga dikukus. Bahan pembuat dim sum juga sangat beragam, demikian pula dengan rasanya, dari asin gurih hingga manis legit. Jenis dim sum seperti siomai, hakau, bakpau, angsio kaki ayam hingga onde-onde sudah tergolong dim sum yang populer.
Jika akhir pekan ini Anda ingin mencicipi dim sum yang spesial dan unik dengan suasana yang berbeda, Table8 yang berlokasi di lantai dasar Hotel Mulia Senayan Jakarta bisa jadi pilihan. Di akhir pekan resto Cina terbaru yang bergaya Chinoiserie ini menawarkan pilihan dim sum yang berbeda.
Tersedia 28 jenis dim sum di hari Sabtu dan Minggu yang disajikan prasmanan dan bisa dipesan a la carte. Selain jenis dim sum populer, ada banyak dim sum lain yang unik. Seperti Xiao Lung Pao, dim sum berbentuk kantung berisi kuah dan daging kepiting, Xian Xia Chang Fun, lembaran adonan yang tipis dengan isian udang, atau Kuo Tie, pan-fried dumpling dengan isian daging ayam.
Kalau suka dim sum manis, jangan lupa memesan winter melon, pie pipih berbentuk bundar dengan isian lotus paste yang legit. Atau Cintoi, onde-onde yang kulitnya renyah dengan isian adonan lotus ini legit rasanya. Yang lembut renyah dan bikin lidah bergoyang, Tan tat alias Baked Egg Tart jangan dilewatkan. Demikian pula dengan bolu kukus lapis kaster, Steamed Layer Cake with custard, sangat lembut di lidah.
Khusus buat pencinta dim sum sejati,sebaiknya memesan Baked Pau, bakpau mungil berlapisan adonan renyah manis ini dipanggang dengan isian adonan ayam yang gurih. Atau Pau berisi adonan kuning telur asin yang lembut meleleh. Carrot cake yang populer di Singapura juga sayang dilewatkan. Di Table8, Pan-fried Radish Cake ini diaduk dengan sosis yang gurih. Dijamin membuat lidah tak bisa berhenti mengunyah! Jakartacitydirectory.com (Suf/Dtc)
Sumber : jakartacitydirectory.com
Lihat juga:
Soto
Resep Sate Jamur Enak
Resep dan bahan-bahan untuk membuat Sate Jamur, diantaranya adalah :
Bahan:
500 gr jamur kancing/ jamur merang, potong 2
½ gelas air asam jawa
2 sdm kecap manis
2 lbr daun jeruk
¼ sdt garam
3 sdm minyak goreng
tusuk sate secukupnya
Bumbu halus:
1 ruas jari lengkuas
1 ruas jari jahe
50 gr kemiri
2 siung bawang putih
5 btr bawang merah
2 sdm gula merah
Cara membuat:
1. Panaskan minyak, tumis bumbu halus, air asam, kecap manis, daun jeruk dan garam, aduk rata. Masak sampai harum dan matang.
2. Masukkan jamur, masak sampai jamur layu. Angkat.
3. Tusukkan 4-5 jamur pada tusuk sate, lalu bakar hingga kering. Angkat dan sajikan hangat.
Sumber : Rumah Jamur, Jl. Raya Lembang No. 155 Bandung Barat, (022-70870888) - Dahrani Putri-female.kompas.com
Lihat juga:
Steak
Hanamasa
Bahan:
500 gr jamur kancing/ jamur merang, potong 2
½ gelas air asam jawa
2 sdm kecap manis
2 lbr daun jeruk
¼ sdt garam
3 sdm minyak goreng
tusuk sate secukupnya
Bumbu halus:
1 ruas jari lengkuas
1 ruas jari jahe
50 gr kemiri
2 siung bawang putih
5 btr bawang merah
2 sdm gula merah
Cara membuat:
1. Panaskan minyak, tumis bumbu halus, air asam, kecap manis, daun jeruk dan garam, aduk rata. Masak sampai harum dan matang.
2. Masukkan jamur, masak sampai jamur layu. Angkat.
3. Tusukkan 4-5 jamur pada tusuk sate, lalu bakar hingga kering. Angkat dan sajikan hangat.
Sumber : Rumah Jamur, Jl. Raya Lembang No. 155 Bandung Barat, (022-70870888) - Dahrani Putri-female.kompas.com
Lihat juga:
Steak
Hanamasa
Langganan:
Postingan (Atom)